Iiwake Maybe
Apa yang sebenarnya
aku rasakan saat ini? Rasa kagum ataukah lebih dari itu? Walaupun aku berpikir,
hanyalah teman biasa. Namun, aku merasakannya lebih dari sekadar teman. Dia
istimewa.
**********
Bersepeda ku
melewati jalan yang biasanya. Mengayuh sepeda sambil berdiri. Angin lembut
menghembus seragam sekolahku. Selama aku melewati jalan ini, belum pernah aku
melihatnya mendahului perjalananku. Namun, hari ini berbeda. Seseorang
menyalipku dari belakang dengan kecepatan standar. Kulihat kendaraan yang baru
saja mendahuluiku. Oh, tidak! Dialah yang mendahuluiku. Ia tersenyum manis
padaku. Disaat ini juga, denganmu, ku memandang.
Sesaat. Hening. Aku
masih memikirkannya. Ia begitu manis. Untuk kali pertama aku memikirkannya.
Mata itu membiusku. Membuatku ingin mengetahui lebih dalam tentang dirinya.
Pernah sekali aku mencuri pandang ke arahnya. Saat itu keadaan sangat ramai,
hingga ku pikir tak ada yang mengetahuiku. Tetapi,
“Cieee, yang lagi
jatuh cinta sama ******!”, teriakan salah seorang teman mengejutkanku.
“Apaan sih, enggak
kok”, jawabku salah tingkah. Bodohnya aku. Ia melihatku yang sedang
memperhatikannya. Argh..., pipi ini memerah! Maybe, I love you?
“Ciee, dari tadi
ngeliatin ******”, ujarnya lagi. Argh......
“Aahh, emhh,
udahlah...”, aku benar-benar bingung mencari alasan.
Please, tell me!
A years later...
Kenaikan kelas. Aku
berharap masih satu kelas dengannya. Aku berharap masih dapat berteman
dengannya. Lebih pun tak apa * XD *. Ya, aku sekelas dengannya. Ada perasaan
bahagia, ada perasaan kesal, argh.., semua bercampur menjadi satu. Aku ingin
lebih dekat dengannya. Namun, aku tak ingin menjadi stalker, aku hanyalah Secret admirer. Cukup ia menyadari
keberadaanku saja sudah cukup. Tetap seperti ini, tak berbalas pun tak apa.
Tatapannya
membuatku salah tingkah, perlakuannya membuat jantungku berdegup kencang. Takk
tahu, apakah ia juga merasakan yang sama? Setahuku tidak. Ia memiliki teman
lain yang lebih spesial dariku. Bisa dibilang ‘sahabat’ atau lebih tepatnya
‘pacar’. Mereka selalu berdua. Sangat dekat. Api cemburu selalu memanasiku
setiap melihat mereka. Apalagi keduanya partner yang baik dalam olahraga.
Argh..., lalu aku bagaimana? Mereka sering jalan berdua, kencan, berkelompok
bersama, dan yang paling membuatku benci adalah saat keduanya saling bergandeng
tangan atau merangkul pundak. Aku tahu aku tak berhak melarangnya, namun rasa
sakit selalu ada tiap melihat mereka. Kalian
kaya orang pacaran waktu di A***d, iyalah *i*** kan best friendnya ******,
kalian berdua couple romantis banget eee, blablabla..., telingaku panas
mendengarnya. Untung aku pandai menyembunyikan perasaan.
Ada kalanya mereka
sedang berpisah, namun tetap satu. Maksudnya, berpisah tempat duduk, namun
tetap satu hati -__-. Aku selalu mengincar tempat duduk yang terjangkau
dengannya. Aku ingin selalu memandangi wajah sampingnya yang indah.
Pembawaannya sangat dewasa, melebihi anak-anak sebayanya. Satu hal yang ingin
kutahu darinya, apakah ia juga mengagumiku? Pernah kulihat ia menuliskan namaku
dalam angket ‘daftar teman yang paling disenangi untuk bekerja kelompok’ di
tabel no. 2. Entah karena paksaan atau kata hatinya sendiri. Pernah ia memujiku
karena aku lihai mengambil bola dari anak laki-laki saat kami bermain sepak
bola. Aku pun tak tahu, itu karena ada aku atau ia memang mengagumiku, Ia memujiku saat aku mendapat nilai sempurna
saat ujian, ia memujiku saat aku mengungguli nilainya dalam pelajaraan
kesukaannya, ia memujiku saat aku dapat membuka tutup botol minum beberapa
teman, kurasa itu hanyalah pujian untuk menyenangkanku.
Apa ia tahu, hati
ini sakit setiap melihatnya sangat dekat dengan yang lain? Apakah ia mengerti
aku tak ingin dipuji karena paksaan? Apakah ia paham arti senyuman palsuku?
Yang pasti, aku tak menginginkan ia pergi. Aku ingin ia selalu menggenggam
tanganku. Aku ingin ia selalu bersamaku. Aku ingin ia mengetahui perasaanku
saat ini. Walau ini terasa sedih, aku tetap tak bisa berbuat apapun. Hanya
dapat memandanginya dari jauh. Berharap suatu saat akan mengalami peristiwa
yang tak akan kulupakan bersamanya. Kusuka, kepada dirimu, memang aku suka!
Kutahu bahwa itu cinta, hal yang pasti!
Maybe, maybe, mungkin aku suka kepadamu
Pada langit yang biru, tak ada awan sedikit pun
Maybe, maybe, mungkin aku suka kepadamu
Meski ku tahu bahwa itu adalah cinta
Alasanku maybe
Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Walau mirip dengan probably, tetapi hal yang
lebih pasti
Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Tetap seperti ini, tak berbalas pun tak apa
Alasanku maybe