Minggu, 20 September 2015

Iiwake Maybe



Iiwake Maybe

Apa yang sebenarnya aku rasakan saat ini? Rasa kagum ataukah lebih dari itu? Walaupun aku berpikir, hanyalah teman biasa. Namun, aku merasakannya lebih dari sekadar teman. Dia istimewa.
**********
Bersepeda ku melewati jalan yang biasanya. Mengayuh sepeda sambil berdiri. Angin lembut menghembus seragam sekolahku. Selama aku melewati jalan ini, belum pernah aku melihatnya mendahului perjalananku. Namun, hari ini berbeda. Seseorang menyalipku dari belakang dengan kecepatan standar. Kulihat kendaraan yang baru saja mendahuluiku. Oh, tidak! Dialah yang mendahuluiku. Ia tersenyum manis padaku. Disaat ini juga, denganmu, ku memandang.
Sesaat. Hening. Aku masih memikirkannya. Ia begitu manis. Untuk kali pertama aku memikirkannya. Mata itu membiusku. Membuatku ingin mengetahui lebih dalam tentang dirinya. Pernah sekali aku mencuri pandang ke arahnya. Saat itu keadaan sangat ramai, hingga ku pikir tak ada yang mengetahuiku. Tetapi,
“Cieee, yang lagi jatuh cinta sama ******!”, teriakan salah seorang teman mengejutkanku.
“Apaan sih, enggak kok”, jawabku salah tingkah. Bodohnya aku. Ia melihatku yang sedang memperhatikannya. Argh..., pipi ini memerah! Maybe, I love you?
“Ciee, dari tadi ngeliatin ******”, ujarnya lagi. Argh......
“Aahh, emhh, udahlah...”, aku benar-benar bingung mencari alasan.
Please, tell me!
A years later...
Kenaikan kelas. Aku berharap masih satu kelas dengannya. Aku berharap masih dapat berteman dengannya. Lebih pun tak apa * XD *. Ya, aku sekelas dengannya. Ada perasaan bahagia, ada perasaan kesal, argh.., semua bercampur menjadi satu. Aku ingin lebih dekat dengannya. Namun, aku tak ingin menjadi stalker, aku hanyalah Secret admirer. Cukup ia menyadari keberadaanku saja sudah cukup. Tetap seperti ini, tak berbalas pun tak apa.
Tatapannya membuatku salah tingkah, perlakuannya membuat jantungku berdegup kencang. Takk tahu, apakah ia juga merasakan yang sama? Setahuku tidak. Ia memiliki teman lain yang lebih spesial dariku. Bisa dibilang ‘sahabat’ atau lebih tepatnya ‘pacar’. Mereka selalu berdua. Sangat dekat. Api cemburu selalu memanasiku setiap melihat mereka. Apalagi keduanya partner yang baik dalam olahraga. Argh..., lalu aku bagaimana? Mereka sering jalan berdua, kencan, berkelompok bersama, dan yang paling membuatku benci adalah saat keduanya saling bergandeng tangan atau merangkul pundak. Aku tahu aku tak berhak melarangnya, namun rasa sakit selalu ada tiap melihat mereka. Kalian kaya orang pacaran waktu di A***d, iyalah *i*** kan best friendnya ******, kalian berdua couple romantis banget eee, blablabla..., telingaku panas mendengarnya. Untung aku pandai menyembunyikan perasaan.
Ada kalanya mereka sedang berpisah, namun tetap satu. Maksudnya, berpisah tempat duduk, namun tetap satu hati -__-. Aku selalu mengincar tempat duduk yang terjangkau dengannya. Aku ingin selalu memandangi wajah sampingnya yang indah. Pembawaannya sangat dewasa, melebihi anak-anak sebayanya. Satu hal yang ingin kutahu darinya, apakah ia juga mengagumiku? Pernah kulihat ia menuliskan namaku dalam angket ‘daftar teman yang paling disenangi untuk bekerja kelompok’ di tabel no. 2. Entah karena paksaan atau kata hatinya sendiri. Pernah ia memujiku karena aku lihai mengambil bola dari anak laki-laki saat kami bermain sepak bola. Aku pun tak tahu, itu karena ada aku atau ia memang mengagumiku,  Ia memujiku saat aku mendapat nilai sempurna saat ujian, ia memujiku saat aku mengungguli nilainya dalam pelajaraan kesukaannya, ia memujiku saat aku dapat membuka tutup botol minum beberapa teman, kurasa itu hanyalah pujian untuk menyenangkanku.
Apa ia tahu, hati ini sakit setiap melihatnya sangat dekat dengan yang lain? Apakah ia mengerti aku tak ingin dipuji karena paksaan? Apakah ia paham arti senyuman palsuku? Yang pasti, aku tak menginginkan ia pergi. Aku ingin ia selalu menggenggam tanganku. Aku ingin ia selalu bersamaku. Aku ingin ia mengetahui perasaanku saat ini. Walau ini terasa sedih, aku tetap tak bisa berbuat apapun. Hanya dapat memandanginya dari jauh. Berharap suatu saat akan mengalami peristiwa yang tak akan kulupakan bersamanya. Kusuka, kepada dirimu, memang aku suka! Kutahu bahwa itu cinta, hal yang pasti!

Maybe, maybe, mungkin aku suka kepadamu
Pada langit yang biru, tak ada awan sedikit pun
Maybe, maybe, mungkin aku suka kepadamu
Meski ku tahu bahwa itu adalah cinta
Alasanku maybe

Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Walau mirip dengan probably, tetapi hal yang lebih pasti
Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Tetap seperti ini, tak berbalas pun tak apa
Alasanku maybe